A. Pengertian Filsafat
Kata
filsafat berasal dari kata ‘philosophia’ ( bahasa Yunani ) yang artinya
mencintai kebjaksanaan. Dalam bahasa Inggris kata filsafat disebut dengan
istilah ‘philosophy’ dan dalam bahasa Arab disebut dengan istilah falsafah yang
artinya adalah cinta kearifan.
Istilah
philosophia berarti mencintai akan hal-hal yang bersifat bijaksana dan orang
yang berusaha mencari kebijaksanaan atau pencinta pengetahuan disebut filosof
atau filsuf. Sumber dari filsafat adalah manusia, dalam hal ini akal dan kalbu
manusia yang sehat yang berusaha keras untuk mencari kebenaran.
Proses mencari kebenaran itu melalui berbagai tahap, yaitu sebagai berikut;
1. Tahap pertama yaitu manusia
berspekulasidengan pemikirannya tentang semua hal.
2. Tahap kedua yaitudari berbagai spekulasi
disaring menjadibuah pikiran yang dapat diandalkan.
3. Tahap ketiga yaitu buah pikiran tadi menjadi
titik awal dalam mencari kebenaran kemudian berkembang sebagai ilmu
pengetahuan, seperti matematika, fisika, politik, dan lain-lain.
Dibawah
ini merupakan beberapa para filosof atau para ahli yang memberikan definisi
filsafat itu adalah
1. Phytagoras ( 572-497 SM ), filsafat sebagai
The Love Of Wisdom maksudnya adalah manusia yang paling tinggi nilainya adalh
manusia pecinta kebijakan.
2. Socrates ( 469-399 SM ), filsafat adalah
suatu peninjauan diri yang bersifat reflektif atau perenungan terhadap
asas-asas dari kehidupan yang adil dan bahagia.
3. Plato ( 427-347 SM ), Filsafat merupakan
pencarian yang bersifat spekulatif atau perekaan terhadap pandangan tentang
seluruh kebenaran.
4. Aristoteles ( 384-332 SM ), filsafat
merupakan ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandungdi dalamnya
ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik dan estetika.
5. Rene Descartes ( 1596-1650 ), filsafat
sebagai kumpulan segala pengetahuan dimana Tuhan, alam dan manusia menjadi
pokok penyelidikannya.
6. Imanual Kant ( 1724-1804), filsafat adalah
ilmu yang menjadi pokok pangkal dari segala pengetahuan yang di dalmana
tercakup masalah epistemology, etika dan masalah ketuhanan.
7. Al-Kindi ( 801-873 M ), filsafat adalah
pengetahuan tentang hakikat segala sesuatu dalam batas-batas kemampuan manusia
karena tujuan paa filosof dalam berteori adalah mencari kebenaran.
8. Al-Farabi ( 870-950 M ), filsfat adalah ilmu
yang menyelidiki hakikat yang sebenarnya dari segala yang ada.
9. Francis Bacon ( 1561-1621 M ), filsafat
sebagai ibu agung dari ilmu-ilmu.
10. Henry Sidgwick ( 1839-1900 M ), filsafat
sebagai scientia scientarium ( ilmu tentang ilmu ) karena filsafat memeriksa
pengertian-pengertian khusus, asas-asas, pokok, metode khas, dan
kesimpulan-kesimpulan utama dlam suatu ilmu apapun dengan maksud untuk
mengkoordinasikan semuanya dengan hal-hal yang serupa dengan ilmu-ilmu lain.
11. John Dewey ( 1858-1952 ), filsafat merupakan
suatu pengungkapan dari perjuangan-perjuangan manusia dalam usaha yang terus
menerus untuk menyesuaikan kumpulan tradisi yang lama dengan berbagai
kecenderungan ilmiah dan cita-cita politik yang baru.
12. Btrand Russel ( 1872-1970 ), filsafat sebagai
kritik terhadap pengetahuan karena filsafat memeriksa secara kritis asas-asas
yang dipakai dalam ilmu dan dalam kehidupan sehari-hari.
13. MJ. Langeveld, filsafat adalah ilmu yang
megkaji tentang maslah-masalah yang akhir dan yang menentukan yaitu
maslah-maslah yang berkenaan dengan makna keadaan ataupun hakikat, tentang
Tuhan, keabadian dan kebebasan.
14. Harun Hadiwijoyo, filsafat adalah usaha
manusia dengan akalnya untuk memperoleh suatu pandangan dunia dan hidup yang
memuaskan hati.
15. Fuad Hasan, filsafat adalah suatu ikhtiar
untuk berpikir radikal untuk sampai kepada kesimpulan yang universal.
16. Hasbullah Bakry, filsafat adalah ilmu yang
menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta,
dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan yang mendalam.
17. Poedjawijatna ( 1974 ), filsafat sebagai ilmu
yang berusaha untuk mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu
berdasarkan pikiran belaka.
18. A. Sonny Keraf dan Mikhael Dua, ilmu filsafat
sebagai ilmu tentang bertanya atau bepikir tentang segala sesuatu dari segala
sudut pandang. filsafat adalah sebuah system pemikiran yang terbuka untuk
dipertanyakan dan dipersoalkan kembali. Filsafat adalah sebuah tanda Tanya
bukan tanda seru. Filsafat adalah sebuah pertanyaan bukan pernyataan.
Abu Bakar
atjeh dalam Ahmad Tafsir ( 2002;11 ) menyatakan bahwa perbedaan definisi dan
rumusan tentang filsafat itu disebabkan oleh berbedanya konotasi filsafat pada
tokoh-tokoh itu sendiri karena perbedaan keyakinan hidup yang dianut merekapun
berbeda-beda. Menurut Beni Ahmad Saebani ( 2009;21 ) perbedaan definisi yang
dikemukakan oleh para tokoh tersebut disebabkan oleh beberapa hal yaitu:
1. Setiap tokoh hidup dalam kurun waktu yan
berbeda
2. Setiap tokoh tumbuh dan berkembang dalam
lingkungan hidup yang berbeda
3. Setiap tokoh dengan kapasitas keilmuan dan
lain-lain memliki konotasi dan kesan makna yang berbeda tentang definisi
filsafat
4. Karena perkembangan filsafat itu sendiri.
Menurut
penulis filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berupaya mengkaji tentang
masalah0masalah yang muncul dan berkenaan dengan segala sesuatu baik yang
sifatnya materi maupun immateri secara sungguh-sungguh guna menemukan hakikat
sesuatu yang sebenarnya, mencari prinsip-prinsip kebenaran, serta berpikir
secara rasional logis, mendalam dan bebas, sehingga dapat dimanfaatkan untuk
membantu menyelesaikan masalah-masalah dalam kehidupan manusia.
Banyak
persoalan yang bias didekati melalui bantuan ilmu filsafat ini, terutama yang
berkaitan dengan hal-hal yang bersifat teoritis, paradigm dan pandangan,
perkembangan ilmu pengetahuan, perkembangan pemikiran, kajian ilmiah,
masalah-masalah yang berkaitan dengan kebijakan, peraturan, keputusan,
perundang-undangan, dan lain-lain. Dengan bantuan ilmu filsafat segala
persoalan yang muncul dapat dikaji lebih mendalam, utuh sistematis, dan
fleksibel karena memang pada dasarnya filsafat ingin menyelesaikan permasalahan
secara lebih mendalam, kritis, rasional, logis, dan tuntas sampai
keakarakarnya.
Secara
historis hal-halyang mendorong timbulnya filsafat yang telah dijelaskan oleh
Moh. Hatta dalam bukunya alam Pikiran Yunani adalah sebagai berikut :
1. Dongeng dan takhayul yang dimilki suatu
masyarakat atau suatu bangsa. Diantara masyarakat ada yang
tidak percaya lalu mereka mengkritisi dan ingin mengetahui kebenaran dongeng
tersebut.
2. Keindahan alam yang besar, hal tersebut
menyebabkan keingintahuan orang-orang bangsa Yunani untuk
mengetahui segala rahasia alam tersebut yang menimbulkan banyak pertanyaan.
Sementara
itu menurut Beerling dalam ahmad Tafsir ( 2002;13 ) menyebutkan bahwa
orangorang Yunani mula-mula berfilsafat karena ketakjuban untuk mencari
rahasia-rahasia alam semesta ini. Sedangkan pada zaman modern saat ini yang
menjadi penyebab timbulnya filsafat adalah karena adanya kesangsian yaitu
adanya sikap percaya atau tidak percaya ataupun tidak kedua-duanya atas
seseuatu.
Para
filosof paham betul dalam memanfaatkan otak dan rasio dalam dirnya untuk
mengubah wajah dunia dan dirinya itu. Menurut Gilbert Highet dalam Jujun S.
suriasumantri ( 1997;41 ) di dalam otak manusia tersimpan pola, suara,
perhitungan, dan berbagai dorongan. Otak manusia senantiasa bekerja seperti
jantung yang tak berhenti berdenyut siang dan malam sejak kecil sampai tua
renta.
Salah satu
bentuk syukur kta terhadap anugerah besar tersebut adalah memanfaatkan dan
mendayagunakan segala potensi yang dimiliki oleh manusia terutama potensi akal.
Pendayagunaan akal tersebut dapat dilakukan melalui pembelajaran pembelajaran
filsafat karena dengan filsafat kita sebagai manusia mampu berpikir, bernalar
dan memahami diri serta lingkungannya, dan berefleksi tentang bagaimana kita
sebagai seorang manusia memandang dunia dan menata kehidupan dan menata
kehidupan yang baik.
B. Objek Filsafat
Isi filsafat
ditentukan oleh objek yang dipikirkan. Objek adalah sesuatu yang menjadi bahan
dari kajian dari suatu penelaahan atau penelitian tentang pengetahuan. Objek
yang dipikirkan oleh flosof adalah segala sesuatu yang ada dan yang mungkin
ada. Objek yang diselidiki oleh filsafat ini meliputi objek materil dan objek
formal.
Objek
materil dari filsafat ini adalah suatu kajian penelaahan atau pembentuka
pengetahuan itu, yaitu segala sesuatu yang ada dan mungkin ada. Tentan objek
materil filsafat ini banyak yang sama dengan objek materil sains, namun bedanya
dalam dua hal yaitu
1. Sains menyelidiki objek materil yang empiris
sedangkan flsafat menyelidiki bagian objek yang abstraknya.
2. Objek materil filsafat yang memang tidak
dapat di teliti oleh sains seperti Tuhan, hari akhir, yaitu objek materil yang
selamanya tidak empiris.
Objek
filsafat ini tak terbatas yang dalam pandangan Louis O. Katsoo dalam Burhanudin
salam (1988;39 ) bahwa lapangan kerja filsafat itu bukan main luasnya yaitu
meliputi segala pengetahuan manusia serta segala sesuatu apa saja yang ingin
diketahui manusia. Baik hal-hal yang fiusik atau tampak maupun yang psikis atau
yang tidak tampak. Hal-hal yang fisik adalah segala sesuatu yang ada baik yang
ada dalam pikiran, ada dalam kenyataan maupun ada dalam kemungkinan. Sedangkan
hal-hal yang psikis atau nofisik adalah masalah Tuhan, kepercayaan,
norma-norma, nilai, keyakinan,dan lain-lain.
Sedangkan
objek formal yaitu sifat penelitian. Objek formal adalah penyelidikan yang
mendalam berarti ingin tahu tentang objek yang tidak empiris. Objek penelitian
filsafat ada pada daerah tidak dapat di riset tetapi dapat dipikirkan secara
logis. Selanjutnya dapat dikemukakan objek formal filsafat menurut Lasiyo dan
Yuwono ( 1985;6 ) adalah sudut pandang yang menyeluruh secara umum sehingga
dapat mencapai hakikat dari objek materilnya.
C. Metode Filsafat
Socrates
dan Plato memakai metode yang dinamai dengan metode kritis. Metode kritis
adalah cara kerja atau bertindak yang bersifat analitis. Metode ini dilakukan
dengan cara melalui percakapan-percakapan ( dialog ). Dengan cara percakapan
Socrates menemukan suatu cara berpikir induksi yaitu berdasarkan beberapa
pengetahuan mengenai masalah-masalah khusus memperoleh kesimpulan pengetahuan
yang bersifat umum.
Metode
lain yang bias digunakan adalah metode skolastik yang dikembangkan oleh
Aristoeles da Thomas Aquinas. Metode ini sering disebut juga dengan istilah
sintetis deduktif yang dipakai untuk menguraikan metode mengajar di sekolah
atau di perguruan tinggi bukan hanya dalam bidang ilmu filsafat saja melainkan
dalam semua ilmu seperti lmu hokum, ilmu pasti, kedokteran dan lain0lain.
Sebagian
ahli ada yang mengelompokan metode yang dipergunakan ada tiga macam yaitu
1. Metode sistematis, dengan metode ini para
pelajar akan menghadapi karya-karya filsafat misalnya mempelajari tentang
teori-teori pengetahuan yang terdiri atas beberapa cabang filsafat.
2. Metode historis, digunakan apabila para
pelajar mengkaji filsafat dengan mengikuti sejarahnya. Ini dapat dilakukan
dengan cara membicarakan tokoh demi tokoh menurut kedudukannya dalam sejarah.
Selain itu bias juga dengan cara membagi babakan atau periode flsafat sejarah.
3. Metode kritis, digunakan oleh mereka yang
mempelajari filsafat tingkat intensif. Dimana para pelajr haruslah telah
memiliki bekal pengetahuan tentang filsafat secara memadai.
D. Ciri-Ciri filsafat
Dibawah
ini adalah beberapa cirri atau unsure yang terkandung dalam filsafat, yaitu
1. Filsafat sebagai ilmu yaitu bahwa filsafat
berusaha untuk mencari tentang hakikat atau inti dari suatu hal.
2. Filsafat sebagai cara berpikir yaitu cara
berpikir yang sangat mendalam sehingga akan sampai pada hakikat sesuatu.
3. Filsafat sebagai pandanga hidup yaitu bahwa
filsafat pada hakikatnyabersumber pada hakikat kodrat diri manusia yang
berperan sebagai makhluk individu, makhluk social, dan makhluk Tuhan.
Pengkajian
tentang manusia secara total dan menyeluruh ini telah menimbulkan
bermacam-macam filsafat yang dapat dijadikan pegengan hidup yaitu
1. Filsafat social, yang mengkaji manusia dengan
kedudukannya sebagai makhluk social.
2. Filsafat biologi, yang meneliti manusia
dengan unsure raganya.
3. Filsafat antropologi, meneliti manusia dengan
unsure kesatuan jiwa dan raganya.
4. Filsafat etika, meneliti manusia dengan
unsurkehendaknya untuk berbuat baik dan buruk.
5. Filsafat estetika, yang mengkaji manusia
dengan unsure rasanya.
6. Filsafat agama, mengkaji manusia dengan
unsure kepercayaan terhadap supranatural dan lain-lain.
Menurut
Wirodiningrat ( 1981;113 ) filsafat mempunyai karakteristik sebagai berikut
yaitu
1.
Menyeluruh artinya bahwa filsafat mencakup tentang pemikiran dan
pengkajian yang luas, sebagaimana
o
objek filsafat yang dikemukakan di atas yang tidak membatasi diri dan bukan
hanya ditinjau dari sudut
p
Pandang tertentu.
Mendasar artinya suatu kajian yang mendalam, kajian yang mendetail, yang sampai
kepada hasil yang
fundamental atau esensial sehingga dapat dijadikan dasar berpijak bagi segenap
nilai dan keilmuan.
3. Spekulatif karena hasil pemikiran filsafat
yang diperoleh dijadikan dasar untuk pemikiran selanjutnya. Hasil
pemikirannya selalu ditujukan sebagai dasa untuk menghasilkan pengetahuan yang
baru.
E. Manfaat Mempelajari Filsafat
Dengan
mempelajari filsafat, paling tidak ada tiga hal yang dapat diambil
pelajaran. Pertama, filsafat telah mengajarkan kita untuk
lebih mengenal diri sendiri secara totalitas, sehingga dengan pemahaman
tersebut dapat dicapai hakikat manusia itu sendiri dan bagaimana sikap manusia
itu seharusnya. Filsafat mengajarkan kita agar terlatih untuk berpikir serius,
berpikir secara radikal, mengkaji sesuatu sampai ke akar-akarnya.
Berfilsafat
adalah berusaha menemukan kebenaran tentang segala sesuatu dengan menggunakan
pemikiran secara serius. Kemampuan berpikir serius akan memberikan bekal yang
berharga dalam upaya memecahkan masalah secara serius, menemukan akar persoalan
yang terdalam, dan menemukan sebab terakhir suatu penampakan.
Kedua, filsafat
mengajarkan tentang hakikat alam semesta. Pada dasarnya berpikir filsafat ialah
berusaha untuk menyusun suatu system pengetahuan yang rasional dalam rangka memahami
segala sesuatu, termasuk diri manusia itu sendiri.
Ketiga, filsafat mengajarkan tentang hakikat Tuhan. Studi tentang filsafat seyogyanya
dapat membantu manusia untuk membangun keyakinan keagamaan atas dasar yang
matang secara intelektual. Objek filsafat membahas segala yang ada, baik yang
fisik maupun yang metafisik seperti manusia, alam semesta, dan Tuhan. Sementara
dalam agama, objeknya adalah Tuhan dan sifat-sifatnya serta hubungan Tuhan
dengan alam dan manusia yang hidup di bumi sesuai dengan syariat yang telah
ditetapkan dalam kitab suci.
Menurut
Asmoro Achmadi (2005: 15) mempelajari filsafat adalah sangat penting, di mana
dengan ilmu tersebut manusia akan dibekali suatu kebijaksanaan yang didalamnya
memuat nilai-nilai kehidupan yang sangat diperlukan oleh umat manusia.
Manfaat
mengkaji filsafat menurut Franz Magnis Suseno (1991) adalah bahwa filsafat
merupakan sarana yang baik untuk menggali kembali kekayaan kebudayaan, tradisi,
dan filsafat Indonesia serta untuk mengaktualisasikannya. Filsafatlah yang
paling sanggup untuk mendekati warisan rohani, tidak hanya secara verbalistik,
melainkan juga secara evaluative, kritis, dan reflektif, sehingga kekayaan
rohani bangsa dapat menjadi modal dalam pembentukan identitas modern bangsa
Indonesia secara terus menerus.
F. Cabang-Cabang Filsafat
Filsafat
merupakan induk dari segala ilmu pengetahuan, sehingga ilmu-ilmu yang lain
merupakan anak dari filsafat itu sendiri. Filsafat merupakan bidang studi yang
memiliki cakupan yang sangat luas, sehingga diperlukan pembagian yang lebih
kecil lagi.
Plato,
misalnya, membagi lapangan filsafat ke dalam tiga macam bidang, yaitu
dialektika, fisika, dan etika. Dialektika adalah cabang filsafat yang
membicarakan persoalan ide-ide atau pengertian umum. Adapun fisika merupakan
cabang filsafat yang didalamnya mengandung atau membicarakan persoalan materi.
Sedangkan etika adalah cabang filsafat yang didalamnya mengandung atau
membicarakan persoalan baik dan buruk.
Sedangkan menurut
Aristoteles, pembagian filsafat itu digolongkan kedalam empat cabang, yaitu
logika, filsafat teoritis, filsafat praktis, dan filsafat poetika. Logika
adalah ilmu pendahuluan bagi filsafat, ilmu yang mendasari dalam memahami
filsafat. Filsafat teoritis atau filsafat nazariah, didalamnya tercakup
ilmu-ilmu lain yang sangat penting seperti ilmu fisika, ilmu matematika, dan
ilmu metafisika. Filsafat praktis atau filsafat alamiah, didalamnya tercakup
tiga macam ilmu yang tidak kalah pentingnya, yaitu: ilmu etika, ilmu ekonomi,
kesusilaan, kemakmuran dalam keluarga, dan politik. Filsafat poetika merupakan
filsafat kesenian, yakni filsafat yang membicarakan tentang keindahan,
pengertian seni, penggolongan seni, nilai seni, aliran dalam seni, dan teori
penciptaan dalam seni.
Berbeda
dengan Plato dan Aristoteles, Louis O. Kattsoff (1996: 73) menggolongkan
cabang-cabang filsafat ini secara lebih terperinci, sehingga pembagian cabang
filsafat ini dapat dikategorikan ke dalam urutan-urutan yang umum menjadi
semakin menurun kepada yang lebih khusus. Penggolongan lapangan-lapangan
filsafat menururt Kattsoff ini menjadi cabang-cabang filsafat sebagai berikut :
1. Logika, adalah ilmu yang membicarakan
teknik-teknik untuk memperoleh kesimpulan dari suatu perangkat bahan tertentu.
2. Metodologi, ialah sebagaimana yang
ditunjukkan oleh pernyataan, yakni ilmu pengetahuan atau mata pelajaran tentang
metode, dan khusunya metode ilmiah.
3. Metafisika, yaitu hal-hal yang terdapat
sesudah fisika, hal-hal yang terdapat dibalik yang tampak.
4. Ontologi dan kosmologi. Ontology membicarakan
azas-azas rasional dari yang ada, sedangkan kosmologi membicarakan azas-azas
rasional dari yang ada yang teratur.
5. Epistimologi, ialah cabang filsafat yang
menyelidiki asal mula, susunan, metode-metode dan sahnya pengetahuan.
6. Biologi Kefilsafatan, membicarakan
persoalan-persoalan mengenai biologi, mencoba untuk menganalisis
pengertian-pengertian hakiki dalam biologi.
7. Psikologi Kefilsafatan, memberikan
pertanyaan-pertanyaan psikologi yang meliputi apakah yang dimaksud dengan jiwa,
nyawa, ego, akal, perasaan, dan kehendak.
8. Antropologi Kefilsafatan, mengemukakan
pertanyaan-pertanyaan tentang manusia.
9. Sosiologi Kefilsafatan, mengemukakan
pertanyaan-pertanyaan mengenai hakikat masyarakat serta hakikat negarai.
10. Etika adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang baik dan buruk.
11. Estetika, adalah cabang filsafat yang membicarakan definisi, susunan, dan
peranan keindahan, khususnya di dalam seni.
12. Filsafat agama, adalah cabang filsafat yang membicarakan jenis-jenis
pertanyaan berbeda tentang agama.
Pembagian
filsafat secara sistematis yang didasarkan pada sistematika yang berlaku di
dalam kurikulum akademik meliputi metafisika, epistimologi, logika, etika, dan
estetika.
Pertama, metafisika.
Metafisika merupakan cabang filsafat yang membicarakan tentang hal-hal yang
sangat mendasar (elementer) yang berada di luar pengalaman manusia (immediate
experience). Ditinjau dari segi filsafat secara menyeluruh, metafisika
membicarakan hakikat dari segala sesuatu dari alam nyata tanpa dibatasi pada
sesuatu yang dapat diserap oleh pancaindera.
Kedua, epistimologi.
Epistimologi lazimnya disebut teori pengetahuan yang secara umum membicarakan
mengenai sumber-sumber, karakteristik, dan kebenaran pengetahuan. Jadi,
epistimologi adalah bagian filsafat yang membicarakan tentang terjadinya
pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pnegetahuan, batas-batas, sifat,
metode, dan kesahihan pengetahuan.
Ketiga, logika.
Logika adalah bidang pengetahuan yang mempelajari segenap asas, aturan, dan
tatacara penalaran yang betul. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa logika
adalah ilmu pengetahuan dan kecakapan untuk berpikir lurus (tepat). Logika juga
merupakan ilmu pengetahuan yang merupakan suatu kesatuan yang sistematis serta
memberikan penjelasan yang dapat dipertanggungjawabkan.
Keempat, etika.
Etika atau filsafat perilaku sebagai satu cabang filsafat yang membicarakan
tindakan manusia, dengan penekanan yang baik dan yang buruk. Mempelajari etika
bertujuan untuk mendapatkan konsep yang sama mengenai penilaian baik dan buruk
bagi semua manusia dalam ruang dan waktu tertentu.
Kelima, estetika.
Estetika adalah cabang filsafat yang membicaraklan tentang keindahan. Dengan
belajar estetika diharapkan dapat membedakan antara berbagai terori keindahan,
pengertian seni, penggolongan seni, nilai seni, aliran dalam seni, dan teori
penciptaan dalam seni.
G. Bidang Kajian Filsafat
Filsafat
merupakan telaahan yang ingin menjawab berbagai persoalan secara mendalam tentang
hakikat sesuatu, atau dengan kata lain, filsafat adalah usaha untuk mengetahui
sesuatu. Menurut Muzayyin Arifin (2003: 16), ruang lingkup kajian filsafat
meliputi bidang-bidang sebagai berikut :
1. Kosmologi, yaitu sesuatu pemikiran dalam
permasalahan yang berhubungan dengan alam semesta, ruang dan waktu, kenyataan
hidup manusa sebagai ciptaan Tuhan, serta proses kejadian dan perkembangan
hidup manusia di alam nyata, dan sebagainya.
2. Ontologi, yaitu suatu pemikiran tentang
asal-usul kejadian alam semesta, dari mana dan ke arah mana proses kejadiannya.
3. Phyilosophy of mind, yaitu pemikiran
filosofis tentang jiwa dan bagaimana hubungannya dengan jasmani serta bagaimana
tentang kebiasaan berkehendak manusia, dan sebagainya.
4. Efistimologi, yaitu
pemikira tentang apa dan bagaimana sumber pengetahuan manusia
diperoleh, apakah dari akal pikiran (aliran rasionalisme), dari pengalaman
panca indera (aliran empirisme), dar ide-ide (aliran idealism), atau dari Tuhan
(aliran teologisme), termasuk juga pemikiran tentang validitas pengetahuan
manusia, artinya sampai di mana kebenaran pengetahuan
kita.
5. Aksiologi, yaitu suatu pemikiran tentang
masalah-masalah nilai, termasuk nilai-nilai tinggi dari Tuhan. Misalnya nilai
moral, nilai agama, dan nilai keindahan (estetika). Aksiologi ini mengandung
pengertian lebih luas daripada etika atau higher values of life (nilai-nilai
kehidupan yang bertaraf tinggi).
Dalam
beberapa literature, diantaranya menurut Jujun S.Suria sumantri (2003: 33) dan Anna
Pudjiadi (198&: 15), secara garis besar, filsafat memiliki tiga bidang
kajian utama, yaitu ontology, epistimologi, dan aksiologi. Pertama,ontology
berasal dari bahasa Yunani, “ontos” yang berarti “yang ada” dan “logos” yang
berarti “penyelidikan tentang”. Jadi ontologi membicarakan asas-asas rasional
dari “yang ada”, berusaha untuk mengetahui “penyelidikan tentang” esensi yang
terdalam dari “yang ada”.
Kedua, epistimologi.
Istilah epistimologi ini pertama kali muncul dan digunakan oleh J.F.Ferrier
pada tahun 1854 M. Epistimologi ini terbagi atas beberapa aliran, yaitu
empirisme, rasionalisme, dan intuisionisme.
Ketiga, aksiologi.
Nama lain dari bidang kajian aksiologi ini disebut dengan teori nilai. Teori
nilai membahas mengenai kegunaan atau manfaat pengetahuan. Aksiologi ini
dipergunakan untuk memberikan jawaban atas pertanyaan “mengapa”. Semuanya
menunjukkan bahwa aksiologi ini diperuntukkan dalam kaitannya untuk mengkaji
tentang kegunaan, alasan, dan manfaat ilmu itu sendiri.
Menurut
Nursid Sumaatmadja (2002: 43) dari sudut pandang metodologis-filosofis,
pendidikan sebagai suatu sosok kajian juga ditelaah dari tiga bidang kajian
tersebut, yaitu ontology yang berkenaan dengan “apa yang ingin diketahui?”,
epistimologi yang berkenaan dengan “bagaimana cara memperoleh pengetahuan
tentang kegiatan dan proses pendidikan?”, serta dari aspek aksiologisnya
berkenaan dengan “nilai-nilai apa yang dapat diungkapkan dari proses pendidikan
tersebut?”.
H. Sejarah Lahirnya Filsafat
Asal muasal
lahirnya filsafat adalah dalam upaya mencari kebenaran, menyelidiki hakikat
yang sebenarnya mengenai segala sesuatu secara sungguh-sungguh. Sama halnya
dengan filsafat, bahwa ilmu itu mengejar kebenaran, artinya ilmu pengetahuan
berusaha untuk mencapai persesuaian antara pengetahuan dan objeknya
Sejarah
filsafat adalah uraian suatu peristiwa yang berkaitan dengan hasil pemikiran
filsafat. Di dalamnya memuat berbagai pemikiran kefilsafatan yang beraneka
ragan, mulai dari zaman pra-Yunani atau sering disebut dengan zaman kuno hingga
zaman modern.
Tujuan
mempelajari sejarah islam untuk mengetahui pemikiran para filsafat para ahli
pikir tentang berbagai ragam dari pemikiran dahulu sampai sekarang. Berbeda
dengan ilmu, filsafat berusaha mencari kebijaksanaan, menyelidiki hakikat yang
sebenarnya. Sedangkan ilmu sendiri membatasi diri, berhenti pada dan
berdasarkan atas pengalaman. Jadi bisa kita dapatkan bahwa yang menjadi objek
filsafat adalah segala sesuatu yang ada dan mungkin ada.
Pada
prinsipnya filsafat dapat menjawab semua persoalan, dan kalau belum ditemukan
akan diusahakannya. Usaha yang dilakukan oleh filsafat selalu dengan pikiran
belaka, karena itu masuk juga agama dalam lingkungan filsafat. Peran agama
disini memberikan pengetahuan yang lebih tinggi daripada filsafat, agama
memberikan pengetahuan yang tak tercapai oleh budi manusia. Filsafat dan agama
tidak saling bertentangan karena keduanya memang mempunyai kebenaran, dan
kebenaran itu hanya satu.
Pada abad
ke-6 SM bermunculan para pemikir yang kepercayaannya bersifat rasional. Para
ahli pikir yunani kuno seperti Thales, Anaximandros, Anaximenes, dan Phytagoras
mencoba membuat konsep tentang asal mula alam semesta, corak pikirannya disebut
kosmosimentris. Dalam sejarah mereka disebut filosof alam dan filsafatnya dinamakan
filsafat alam.
Pada abad
ke-6 masehi sudah bermunculan sekolah-sekolah yang membri pelajaran gramatika,
dealektika, geometri, aritmatika, astronomi, dan musik. Pada abad ke-13
ditandai dengan berdirinya universitas-universitas, pada universitas inilah
mereka mengabdikan dirinya untuk kemajuan ilmu dan agama seperti halnya yang
dilakukan oleh Thomas Aquinas (1225-1274).
Pada abad
pertengahan ini pemikir Islam seperti Al-Kindi, Al-Farabi, Ibn Sina,
Al-Ghazali, dll. Periode ini berlangsung tahun 850-1200 dimana kerajaan Islam
berlangsung dan ilmu pengetahuan berkembang pesat sampai runtuhnya kerajaan
Islam di Granada Spanyol pada tahun 1492.
Pada masa
abad modern diawali dengan munculnya renaissance dan humanisme. Pada abad ini
pemikir filsafat berhasil menempatkan manusia pada tempat yang sentral dalam
pandangan kehidupan, sehingga corak pemikirannya disebut antroposentris yaitu
corak pemikiran filsafat yang mendasarkan pada akal pikir dan pengalaman.
Filsafat
pada abad ke-20 atau sekarang ini yang disebut juga filsafat kontemporer. Ciri
dari filsafat ini adalah desentralisasi manusia, karena pemikiran filsafat abad
ini memberi perhatian yang khusus kepada bidang bahasa dan etika sosial. Dalam
bidang bahasa terdapat pokok-pokok masalah, yaitu arti kata-kata dan arti
pertanyaan-pertanyaan. Masalah ini muncul karena sekarang ini bermunculan
istilah yang cara pemakaiannya sering tidak dipikirkan secara mendalam,
sehingga menimbulkan tafsiran yang berbeda-beda. Dan timbullah filsafat
analitika yang membahas tentang cara berpikir untuk mengatur pemakaian kata
atau istilah yang menimbulkan kerancuan, sekaligus dapat menunjukkan bahaya
didalamnya. Bahasa sebagai objek yang terpenting dalam pemikiran filsafat, para
ahli menyebutnya sebagai logosentris. Bidang etika sosial memuat pokok-pokok
masalah apa yang harus kita lakukan didalam masyarakat sekarang ini. Pada abad
ini timbul aliran-aliran kefilsafatan seperti noe-helenisme, neo-positivme,
kritik ilmu, dan irasionalisme. Sementara itu akhir abad ke-20 muncul aliran
kefilsafatan yang dapat memberikan corak pemikiran dewasa ini seperti analitik,
filsafat eksistensi, strukturalisme, dan kritik sosial.
I. Aliran atau Mazhab dalam Filsafat
Pada
dasarnya terdapat dua cara yang pokok bagi manusia untuk mendapatkan
pengetahuan yang benar yaitu, pertama mendasarkan diri pada rasio dan yang
kedua mendasarkan diri pada pengalaman. Kaum yang mendasarkan kekuatan rasio
atau lebih dikenal dengan kaum rasionalis, mengembangkan paham apa yang kita
kenal dengan rasionalisme dan yang berdasarkan pengalaman mengembangkan paham
disebut dengan empirisme.
Selain itu
juga terdapat dualism pemikiran tentang materi dan akal (mind), pendapat yang
pertama dikenal dengan materialism sedangkan yang kedua disebut idealism. Dari
pemikiran tersebut serta beberapa pemikiran lainnya kemudian berkembang menjadi
beberapa aliran atau mazhab di dalam filsafat. Aliran-aliran filsafat yang
berpengaruh diantaranya :
1. Rasionalisme
Aliran ini
sangat mementingkan rasio dalam menyelesaikan atau memutuskan masalah.
Totkoh-tokoh yang terkenal dalam aliran ini pada abad modern antara lain Rene
Descartes (1595-1650), Chiritian Wolf (1697-1754), Blaise Pascal (1623-1662),
dll. Descartes berpendapat bahwa agar filsafat dan ilmu pengetahuan dapat diperbaharui
kita perlu metode yang baik yaitu dengan menyangsikan segalanya atau keraguan.
Menurutnya, suatu kebenaran yang tidak dapat disangkal adalah cogito ergo sum
yang artinya “saya yang menyangsingkan, ada”. Untuk mendapatkan hasil yang
sahih Descartes mengemukakkan empat hal berikut ini :
a. Tidak menerima suatu pun sebagai kebenaran,
kecuali bila saya melihat hal itu sungguh jelas dan tegas, sehingga tidak ada
keraguan apa pun yang mampu merobohkan.
b. Pecahkan suatu kesulitan atau masalah itu
sehingga tidak ada keraguan apa pun yang mampu merobohkannya.
c. Bimbinglah pikiran dengan teratur dengan
memulai dari hal yang sederhana dan mudah diketahui, kemudian secara bertahap
sampai pada yang paling sulit dan kompleks.
d. Dalam proses pencarian dan pemeriksaan hal
sulit selamanya harus dibuat perhitungan yang sempurna serta pertimbangan yang
menyeluruh, sehingga kita yakin bahwa tidak ada satu pun yang mengabaikan atau
ketinggalan dalam penjelajahan itu.
2. Empirisme
Empirisme
memberikan tekanan pada empiris atau pengalaman sebagai sumber pengetahuan.
Istilah empiris berasal dari kata Yunani, empiria yang berarti pengalaman
inderawi. Tokoh dalam aliran ini adalah Thomas Hobbes (1588-1679) yang lahir di
Inggris, Hobbes beranggapan bahwa pengalaman merupakan permulaan dari segala
pengenalan. Pengenalan intelektual tidak lain dari pada semacam perhitungan,
yakni penggabungan data-data inderawi yang sama dengan cara yang berlainan.
Menurut Hobbes seluruh dunia termasuk manusia merupakan suatu proses yang
berlangsung dengan tiada henti-hentinya aatas dasar hukum.
Tokoh lain
yaitu John Locke (1632-1704) dengan teorinya “tabularasa” mengemukakkan bahwa
rasio manusia harus dipandang sebagai “lembaran kertas putih”
3. Kritisisme
Tokohnya yaitu
Imanuel Kant (1724-1804) mengadakan penelitian yang kritis terhadap rasio murni
dan memugar sifat objektivitas dunia ilmu pengetahuan dengan menghindarkan diri
dari sepihak rasionalisme. Menurut aliran ini baik rasionalisme dan empirisme
keduanya berat sebelah, pengalaman manusia merupakan paduan antara sintesa
unsur-unsur apriori dengan unsur-unsur aposteriori. Ciri-ciri kritisme dapat
disimpulkan dalam tiga hal :
a. Menganggap objek pengenalan itu berpusat pada
subjek dan bukan pada objek.
b. Menegaskan keterbatasan kemampuan rasio
manusia untuk mengetahui realitas atau hakikat sesuatu, rasio hanyalah mempu
menjangkau segalanya atau fenomenanya saja.
c. Menjelaskan bahwa manusia atau sesuatu itu
diperoleh atas perpaduan antara unsur anaximenes priori yang berasal dari rasio
berupa ruang dan waktu dan peranan aposteriori yan berasal dari pengalaman yang
berupa materi.
4. Materialisme
Aliran ini
mengatakan bahwa materi itu ada sebelum jiwa dan dunia materi adalah yang
pertama, sedangkan pemikiran tentang dunia ini adalah nomor dua. Materialisme
modern mengatakan bahwa alam merupakan kesatuan material yang tak terbatas.
Alam termasuk didalamnya segala materi dan energi selalu ada dan tetap ada, dan
alam itu adalah realitas yang keras, material, objektif yang dapat diketahui
oleh manusia. Terdapat dua bentuk aliran materialis :
a. Materialisme mekanik mengatakan bahwa semua
bentuk dapat dieterangkan menurut hukum yang mengatur materi dan gerak. Semua
kejadian dan kondisi adalah akibat yang lazim dari atau bentuk-bentuk yang
lebih tinggi atau kompleks.
b. Materialisme dialektik dengan tokoh Karl Marx
(1818-1883) menilai bahwa dunia misterius itu konstan, baik dalam gerak,
perkembangan maupun regenerasinya, materi adalah yang primer sedangkan ide
adalah sekunder.
5. Idealisme
Aliran ini
menekankan pada akal sebagai hal yang lebih dulu daripada materi, idealisme
mengatakan bahwa realitas terdiri dari ide-ide, pikiran, akal atau jiwa dan
bukan benda material dan kekuatan. Aliran idealisme dapat dibagi dalam beberapa
kelompok diantaranya :
a. Aliran idealisme subjektif-immaterialisme
Menurut
aliran ini akal, jiwa, dan persepsi-persepsinya atau ide-ide merupakan segala
yang ada, tetapi hanya ada dalam akal yang mempersepsikannya.
b. Aliran idealisme objektif
Menurut
aliran ini pikiran adalah esensi dari alam, dan alam adalah keseluruhan jiwa
yang diobjektifitaskan. Tokohnya Plato (427-347 SM) yang membagi dunia dalam
dua bagian, yaitu dunia persepsi dan alam di atas alam benda; yaitu alam
konsep, ide, universal atau esensi yang abadi.
6. Positivisme
Menurut
positivisme pengetahuan kita tidak pernah boleh melebihii fakta-fakta.
Perbedaan positivisme dengan empirisme adalah bahwa positivisme tidak menerima
sumber pengetahuan melalui pengalaman batiniah, tetapi hanya mengandalkan
fakta-fakta belaka.
7. Pragmatisme
Adalah
aliran yang mengajarkan bahwa yang benar adalah apa yang membuktikan dirinya
sebagai benar dengan perantaraan akibat-akibatnya yang bermanfaat secara
praktis. Tokoh utama aliran ini adala William James dan John Dewey di AS. Di
Inggris ada FC. Schiller, Charles S. Pierce, dan George Herbert Mead. Ada tiga
patokan yang disetujui oleh aliran pragmatisme ini yaitu,
a. Menolak segala intelektualisme
b. Absolutisme
c. Meremehkan logika formal.
8. Sekularisme
Adalah
sistem etika plus filsafat yang bertujuan memberi interpretasi atau pengertian
terhadap kehidupan manusia tanpa percaya kepada Tuhan, kitab suci, dan hari
kemudian. Tetapi menurut Ensyclopedia Americana lebih menonjolkan sekularisme
sebagai suatu sistem etika yang didasarkan atas prinsip-prinsip moralitas
alamiah dan bebas dari agama wahtu dan spiritual.
Tokoh
pendiri sekularisme adalah Jacob Holyoake yang menrupakan bentuk peniadaan
peran warna kristiani pada seluruh kehidupan barat, baik politik, ekonomi,
sosial, maupun budaya pada umumnya.
9. Filsafat Islam
Menurut
Sirajuddin Zar (2004: 15) filsafat islam adalah perkembangan pemikiran umat
islam dalam masalah ketuhanan, kenabian, manusia, dan alam semesta yang
disinari ajaran islam. Menurut Zar filsafat islam cakupannya sangat luas.
Filsafat islam dapat
diartikan sebagai filsafat yang dikembangkan oleh orang-orang islam, yang
mengkaji masalah hakikat yang ada dari mana asalnya dan dari mana asalnya,
kemana akhirnya.