Minggu, 30 Juni 2013

Filsafat Ilmu



A.     Pengertian Filsafat
Kata filsafat berasal dari kata ‘philosophia’ ( bahasa Yunani ) yang artinya mencintai kebjaksanaan. Dalam bahasa Inggris kata filsafat disebut dengan istilah ‘philosophy’ dan dalam bahasa Arab disebut dengan istilah falsafah yang artinya adalah cinta kearifan.

Istilah philosophia berarti mencintai akan hal-hal yang bersifat bijaksana dan orang yang berusaha mencari kebijaksanaan atau pencinta pengetahuan disebut filosof atau filsuf. Sumber dari filsafat adalah manusia, dalam hal ini akal dan kalbu manusia yang sehat yang berusaha keras untuk mencari kebenaran.

            Proses mencari kebenaran itu melalui berbagai tahap, yaitu sebagai berikut;
1.         Tahap pertama yaitu manusia berspekulasidengan pemikirannya tentang semua hal.
2.         Tahap kedua yaitudari berbagai spekulasi disaring menjadibuah pikiran yang dapat diandalkan.
3.         Tahap ketiga yaitu buah pikiran tadi menjadi titik awal dalam mencari kebenaran kemudian berkembang sebagai ilmu pengetahuan, seperti matematika, fisika, politik, dan lain-lain.

Dibawah ini merupakan beberapa para filosof atau para ahli yang memberikan definisi filsafat itu adalah
1.         Phytagoras ( 572-497 SM ), filsafat sebagai The Love Of Wisdom maksudnya adalah manusia yang paling tinggi nilainya adalh manusia pecinta kebijakan.
2.         Socrates ( 469-399 SM ), filsafat adalah suatu peninjauan diri yang bersifat reflektif atau perenungan terhadap asas-asas dari kehidupan yang adil dan bahagia.
3.         Plato ( 427-347 SM ), Filsafat merupakan pencarian yang bersifat spekulatif atau perekaan terhadap pandangan tentang seluruh kebenaran.
4.         Aristoteles ( 384-332 SM ), filsafat merupakan ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandungdi dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik dan estetika.
5.         Rene Descartes ( 1596-1650 ), filsafat sebagai kumpulan segala pengetahuan dimana Tuhan, alam dan manusia menjadi pokok penyelidikannya.
6.         Imanual Kant ( 1724-1804), filsafat adalah ilmu yang menjadi pokok pangkal dari segala pengetahuan yang di dalmana tercakup masalah epistemology, etika dan masalah ketuhanan.
7.         Al-Kindi ( 801-873 M ), filsafat adalah pengetahuan tentang hakikat segala sesuatu dalam batas-batas kemampuan manusia karena tujuan paa filosof dalam berteori adalah mencari kebenaran.
8.         Al-Farabi ( 870-950 M ), filsfat adalah ilmu yang menyelidiki hakikat yang sebenarnya dari segala yang ada.
9.         Francis Bacon ( 1561-1621 M ), filsafat sebagai ibu agung dari ilmu-ilmu.
10.     Henry Sidgwick ( 1839-1900 M ), filsafat sebagai scientia scientarium ( ilmu tentang ilmu ) karena filsafat memeriksa pengertian-pengertian khusus, asas-asas, pokok, metode khas, dan kesimpulan-kesimpulan utama dlam suatu ilmu apapun dengan maksud untuk mengkoordinasikan semuanya dengan hal-hal yang serupa dengan ilmu-ilmu lain.
11.     John Dewey ( 1858-1952 ), filsafat merupakan suatu pengungkapan dari perjuangan-perjuangan manusia dalam usaha yang terus menerus untuk menyesuaikan kumpulan tradisi yang lama dengan berbagai kecenderungan ilmiah dan cita-cita politik yang baru.
12.     Btrand Russel ( 1872-1970 ), filsafat sebagai kritik terhadap pengetahuan karena filsafat memeriksa secara kritis asas-asas yang dipakai dalam ilmu dan dalam kehidupan sehari-hari.
13.     MJ. Langeveld, filsafat adalah ilmu yang megkaji tentang maslah-masalah yang akhir dan yang menentukan yaitu maslah-maslah yang berkenaan dengan makna keadaan ataupun hakikat, tentang Tuhan, keabadian dan kebebasan.
14.     Harun Hadiwijoyo, filsafat adalah usaha manusia dengan akalnya untuk memperoleh suatu pandangan dunia dan hidup yang memuaskan hati.
15.     Fuad Hasan, filsafat adalah suatu ikhtiar untuk berpikir radikal untuk sampai kepada kesimpulan yang universal.
16.     Hasbullah Bakry, filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta, dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan yang mendalam.
17.     Poedjawijatna ( 1974 ), filsafat sebagai ilmu yang berusaha untuk mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran belaka.
18.     A. Sonny Keraf dan Mikhael Dua, ilmu filsafat sebagai ilmu tentang bertanya atau bepikir tentang segala sesuatu dari segala sudut pandang. filsafat adalah sebuah system pemikiran yang terbuka untuk dipertanyakan dan dipersoalkan kembali. Filsafat adalah sebuah tanda Tanya bukan tanda seru. Filsafat adalah sebuah pertanyaan bukan pernyataan.

Abu Bakar atjeh dalam Ahmad Tafsir ( 2002;11 ) menyatakan bahwa perbedaan definisi dan rumusan tentang filsafat itu disebabkan oleh berbedanya konotasi filsafat pada tokoh-tokoh itu sendiri karena perbedaan keyakinan hidup yang dianut merekapun berbeda-beda. Menurut Beni Ahmad Saebani ( 2009;21 ) perbedaan definisi yang dikemukakan oleh para tokoh tersebut disebabkan oleh beberapa hal yaitu:
1.         Setiap tokoh hidup dalam kurun waktu yan berbeda
2.         Setiap tokoh tumbuh dan berkembang dalam lingkungan hidup yang berbeda
3.         Setiap tokoh dengan kapasitas keilmuan dan lain-lain memliki konotasi dan kesan makna yang berbeda tentang definisi filsafat
4.         Karena perkembangan filsafat itu sendiri.

Menurut penulis filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berupaya mengkaji tentang masalah0masalah yang muncul dan berkenaan dengan segala sesuatu baik yang sifatnya materi maupun immateri secara sungguh-sungguh guna menemukan hakikat sesuatu yang sebenarnya, mencari prinsip-prinsip kebenaran, serta berpikir secara rasional logis, mendalam dan bebas, sehingga dapat dimanfaatkan untuk membantu menyelesaikan masalah-masalah dalam kehidupan manusia.

Banyak persoalan yang bias didekati melalui bantuan ilmu filsafat ini, terutama yang berkaitan dengan hal-hal yang bersifat teoritis, paradigm dan pandangan, perkembangan ilmu pengetahuan, perkembangan pemikiran, kajian ilmiah, masalah-masalah yang berkaitan dengan kebijakan, peraturan, keputusan, perundang-undangan, dan lain-lain. Dengan bantuan ilmu filsafat segala persoalan yang muncul dapat dikaji lebih mendalam, utuh sistematis, dan fleksibel karena memang pada dasarnya filsafat ingin menyelesaikan permasalahan secara lebih mendalam, kritis, rasional, logis, dan tuntas sampai keakarakarnya.

Secara historis hal-halyang mendorong timbulnya filsafat yang telah dijelaskan oleh Moh. Hatta dalam bukunya alam Pikiran Yunani adalah sebagai berikut :
1.                 Dongeng dan takhayul yang dimilki suatu masyarakat atau suatu bangsa. Diantara masyarakat ada yang  
           tidak percaya lalu mereka mengkritisi dan ingin mengetahui kebenaran dongeng tersebut.
2.               Keindahan alam yang besar, hal tersebut menyebabkan keingintahuan orang-orang bangsa Yunani untuk   
           mengetahui segala rahasia alam tersebut yang menimbulkan banyak pertanyaan.

Sementara itu menurut Beerling dalam ahmad Tafsir ( 2002;13 ) menyebutkan bahwa orangorang Yunani mula-mula berfilsafat karena ketakjuban untuk mencari rahasia-rahasia alam semesta ini. Sedangkan pada zaman modern saat ini yang menjadi penyebab timbulnya filsafat adalah karena adanya kesangsian yaitu adanya sikap percaya atau tidak percaya ataupun tidak kedua-duanya atas seseuatu.

Para filosof paham betul dalam memanfaatkan otak dan rasio dalam dirnya untuk mengubah wajah dunia dan dirinya itu. Menurut Gilbert Highet dalam Jujun S. suriasumantri ( 1997;41 ) di dalam otak manusia tersimpan pola, suara, perhitungan, dan berbagai dorongan. Otak manusia senantiasa bekerja seperti jantung yang tak berhenti berdenyut siang dan malam sejak kecil sampai tua renta.

Salah satu bentuk syukur kta terhadap anugerah besar tersebut adalah memanfaatkan dan mendayagunakan segala potensi yang dimiliki oleh manusia terutama potensi akal. Pendayagunaan akal tersebut dapat dilakukan melalui pembelajaran pembelajaran filsafat karena dengan filsafat kita sebagai manusia mampu berpikir, bernalar dan memahami diri serta lingkungannya, dan berefleksi tentang bagaimana kita sebagai seorang manusia memandang dunia dan menata kehidupan dan menata kehidupan yang baik.

B.        Objek Filsafat
Isi filsafat ditentukan oleh objek yang dipikirkan. Objek adalah sesuatu yang menjadi bahan dari kajian dari suatu penelaahan atau penelitian tentang pengetahuan. Objek yang dipikirkan oleh flosof adalah segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada. Objek yang diselidiki oleh filsafat ini meliputi objek materil dan objek formal.

Objek materil dari filsafat ini adalah suatu kajian penelaahan atau pembentuka pengetahuan itu, yaitu segala sesuatu yang ada dan mungkin ada. Tentan objek materil filsafat ini banyak yang sama dengan objek materil sains, namun bedanya dalam dua hal yaitu
1.      Sains menyelidiki objek materil yang empiris sedangkan flsafat menyelidiki bagian objek yang abstraknya.
2.      Objek materil filsafat yang memang tidak dapat di teliti oleh sains seperti Tuhan, hari akhir, yaitu objek materil yang selamanya tidak empiris.

Objek filsafat ini tak terbatas yang dalam pandangan Louis O. Katsoo dalam Burhanudin salam (1988;39 ) bahwa lapangan kerja filsafat itu bukan main luasnya yaitu meliputi segala pengetahuan manusia serta segala sesuatu apa saja yang ingin diketahui manusia. Baik hal-hal yang fiusik atau tampak maupun yang psikis atau yang tidak tampak. Hal-hal yang fisik adalah segala sesuatu yang ada baik yang ada dalam pikiran, ada dalam kenyataan maupun ada dalam kemungkinan. Sedangkan hal-hal yang psikis atau nofisik adalah masalah Tuhan, kepercayaan, norma-norma, nilai, keyakinan,dan lain-lain.

Sedangkan objek formal yaitu sifat penelitian. Objek formal adalah penyelidikan yang mendalam berarti ingin tahu tentang objek yang tidak empiris. Objek penelitian filsafat ada pada daerah tidak dapat di riset tetapi dapat dipikirkan secara logis. Selanjutnya dapat dikemukakan objek formal filsafat menurut Lasiyo dan Yuwono ( 1985;6 ) adalah sudut pandang yang menyeluruh secara umum sehingga dapat mencapai hakikat dari objek materilnya.

C.        Metode Filsafat
Socrates dan Plato memakai metode yang dinamai dengan metode kritis. Metode kritis adalah cara kerja atau bertindak yang bersifat analitis. Metode ini dilakukan dengan cara melalui percakapan-percakapan ( dialog ). Dengan cara percakapan Socrates menemukan suatu cara berpikir induksi yaitu berdasarkan beberapa pengetahuan mengenai masalah-masalah khusus memperoleh kesimpulan pengetahuan yang bersifat umum.

Metode lain yang bias digunakan adalah metode skolastik yang dikembangkan oleh Aristoeles da Thomas Aquinas. Metode ini sering disebut juga dengan istilah sintetis deduktif yang dipakai untuk menguraikan metode mengajar di sekolah atau di perguruan tinggi bukan hanya dalam bidang ilmu filsafat saja melainkan dalam semua ilmu seperti lmu hokum, ilmu pasti, kedokteran dan lain0lain.

Sebagian ahli ada yang mengelompokan metode yang dipergunakan ada tiga macam yaitu
1.      Metode sistematis, dengan metode ini para pelajar akan menghadapi karya-karya filsafat misalnya mempelajari tentang teori-teori pengetahuan yang terdiri atas beberapa cabang filsafat.
2.      Metode historis, digunakan apabila para pelajar mengkaji filsafat dengan mengikuti sejarahnya. Ini dapat dilakukan dengan cara membicarakan tokoh demi tokoh menurut kedudukannya dalam sejarah. Selain itu bias juga dengan cara membagi babakan atau periode flsafat sejarah.
3.      Metode kritis, digunakan oleh mereka yang mempelajari filsafat tingkat intensif. Dimana para pelajr haruslah telah memiliki bekal pengetahuan tentang filsafat secara memadai.

D.       Ciri-Ciri filsafat
Dibawah ini adalah beberapa cirri atau unsure yang terkandung dalam filsafat, yaitu
1.      Filsafat sebagai ilmu yaitu bahwa filsafat berusaha untuk mencari tentang hakikat atau inti dari suatu hal.
2.      Filsafat sebagai cara berpikir yaitu cara berpikir yang sangat mendalam sehingga akan sampai pada hakikat sesuatu.
3.      Filsafat sebagai pandanga hidup yaitu bahwa filsafat pada hakikatnyabersumber pada hakikat kodrat diri manusia yang berperan sebagai makhluk individu, makhluk social, dan makhluk Tuhan.

Pengkajian tentang manusia secara total dan menyeluruh ini telah menimbulkan bermacam-macam filsafat yang dapat dijadikan pegengan hidup yaitu
1.      Filsafat social, yang mengkaji manusia dengan kedudukannya sebagai makhluk social.
2.      Filsafat biologi, yang meneliti manusia dengan unsure raganya.
3.      Filsafat antropologi, meneliti manusia dengan unsure kesatuan jiwa dan raganya.
4.      Filsafat etika, meneliti manusia dengan unsurkehendaknya untuk berbuat baik dan buruk.
5.      Filsafat estetika, yang mengkaji manusia dengan unsure rasanya.
6.      Filsafat agama, mengkaji manusia dengan unsure kepercayaan terhadap supranatural dan lain-lain.

Menurut Wirodiningrat ( 1981;113 ) filsafat mempunyai karakteristik sebagai berikut yaitu
1.                  Menyeluruh artinya bahwa filsafat mencakup tentang pemikiran dan pengkajian yang luas, sebagaimana   
 o        objek filsafat yang dikemukakan di atas yang tidak membatasi diri dan bukan hanya ditinjau dari sudut  
p         Pandang tertentu.
           Mendasar artinya suatu kajian yang mendalam, kajian yang mendetail, yang sampai kepada hasil yang  
           fundamental atau esensial sehingga dapat dijadikan dasar berpijak bagi segenap nilai dan keilmuan.
3.               Spekulatif karena hasil pemikiran filsafat yang diperoleh dijadikan dasar untuk pemikiran selanjutnya. Hasil 
           pemikirannya selalu ditujukan sebagai dasa untuk menghasilkan pengetahuan yang baru.

E.       Manfaat Mempelajari Filsafat
Dengan mempelajari filsafat, paling tidak ada tiga hal yang dapat diambil pelajaran. Pertama, filsafat telah mengajarkan kita untuk lebih mengenal diri sendiri secara totalitas, sehingga dengan pemahaman tersebut dapat dicapai hakikat manusia itu sendiri dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya. Filsafat mengajarkan kita agar terlatih untuk berpikir serius, berpikir secara radikal, mengkaji sesuatu sampai ke akar-akarnya.
Berfilsafat adalah berusaha menemukan kebenaran tentang segala sesuatu dengan menggunakan pemikiran secara serius. Kemampuan berpikir serius akan memberikan bekal yang berharga dalam upaya memecahkan masalah secara serius, menemukan akar persoalan yang terdalam, dan menemukan sebab terakhir suatu penampakan.
Kedua, filsafat mengajarkan tentang hakikat alam semesta. Pada dasarnya berpikir filsafat ialah berusaha untuk menyusun suatu system pengetahuan yang rasional dalam rangka memahami segala sesuatu, termasuk diri manusia itu sendiri.
Ketiga, filsafat mengajarkan tentang hakikat Tuhan. Studi tentang filsafat seyogyanya dapat membantu manusia untuk membangun keyakinan keagamaan atas dasar yang matang secara intelektual. Objek filsafat membahas segala yang ada, baik yang fisik maupun yang metafisik seperti manusia, alam semesta, dan Tuhan. Sementara dalam agama, objeknya adalah Tuhan dan sifat-sifatnya serta hubungan Tuhan dengan alam dan manusia yang hidup di bumi sesuai dengan syariat yang telah ditetapkan dalam kitab suci.
Menurut Asmoro Achmadi (2005: 15) mempelajari filsafat adalah sangat penting, di mana dengan ilmu tersebut manusia akan dibekali suatu kebijaksanaan yang didalamnya memuat nilai-nilai kehidupan yang sangat diperlukan oleh umat manusia.
Manfaat mengkaji filsafat menurut Franz Magnis Suseno (1991) adalah bahwa filsafat merupakan sarana yang baik untuk menggali kembali kekayaan kebudayaan, tradisi, dan filsafat Indonesia serta untuk mengaktualisasikannya. Filsafatlah yang paling sanggup untuk mendekati warisan rohani, tidak hanya secara verbalistik, melainkan juga secara evaluative, kritis, dan reflektif, sehingga kekayaan rohani bangsa dapat menjadi modal dalam pembentukan identitas modern bangsa Indonesia secara terus menerus.

F.        Cabang-Cabang Filsafat 
Filsafat merupakan induk dari segala ilmu pengetahuan, sehingga ilmu-ilmu yang lain merupakan anak dari filsafat itu sendiri. Filsafat merupakan bidang studi yang memiliki cakupan yang sangat luas, sehingga diperlukan pembagian yang lebih kecil lagi.
Plato, misalnya, membagi lapangan filsafat ke dalam tiga macam bidang, yaitu dialektika, fisika, dan etika. Dialektika adalah cabang filsafat yang membicarakan persoalan ide-ide atau pengertian umum. Adapun fisika merupakan cabang filsafat yang didalamnya mengandung atau membicarakan persoalan materi. Sedangkan etika adalah cabang filsafat yang didalamnya mengandung atau membicarakan persoalan baik dan buruk.
Sedangkan  menurut Aristoteles, pembagian filsafat itu digolongkan kedalam empat cabang, yaitu logika, filsafat teoritis, filsafat praktis, dan filsafat poetika. Logika adalah ilmu pendahuluan bagi filsafat, ilmu yang mendasari dalam memahami filsafat. Filsafat teoritis atau filsafat nazariah, didalamnya tercakup ilmu-ilmu lain yang sangat penting seperti ilmu fisika, ilmu matematika, dan ilmu metafisika. Filsafat praktis atau filsafat alamiah, didalamnya tercakup tiga macam ilmu yang tidak kalah pentingnya, yaitu: ilmu etika, ilmu ekonomi, kesusilaan, kemakmuran dalam keluarga, dan politik. Filsafat poetika merupakan filsafat kesenian, yakni filsafat yang membicarakan tentang keindahan, pengertian seni, penggolongan seni, nilai seni, aliran dalam seni, dan teori penciptaan dalam seni.
Berbeda dengan Plato dan Aristoteles, Louis O. Kattsoff (1996: 73) menggolongkan cabang-cabang filsafat ini secara lebih terperinci, sehingga pembagian cabang filsafat ini dapat dikategorikan ke dalam urutan-urutan yang umum menjadi semakin menurun kepada yang lebih khusus. Penggolongan lapangan-lapangan filsafat menururt Kattsoff ini menjadi cabang-cabang filsafat sebagai berikut :
1.      Logika, adalah ilmu yang membicarakan teknik-teknik untuk memperoleh kesimpulan dari suatu perangkat bahan tertentu.
2.      Metodologi, ialah sebagaimana yang ditunjukkan oleh pernyataan, yakni ilmu pengetahuan atau mata pelajaran tentang metode, dan khusunya metode ilmiah.
3.      Metafisika, yaitu hal-hal yang terdapat sesudah fisika, hal-hal yang terdapat dibalik yang tampak.
4.      Ontologi dan kosmologi. Ontology membicarakan azas-azas rasional dari yang ada, sedangkan kosmologi membicarakan azas-azas rasional dari yang ada yang teratur.
5.      Epistimologi, ialah cabang filsafat yang menyelidiki asal mula, susunan, metode-metode dan sahnya pengetahuan.
6.      Biologi Kefilsafatan, membicarakan persoalan-persoalan mengenai biologi, mencoba untuk menganalisis pengertian-pengertian hakiki dalam biologi.
7.      Psikologi Kefilsafatan, memberikan pertanyaan-pertanyaan psikologi yang meliputi apakah yang dimaksud dengan jiwa, nyawa, ego, akal, perasaan, dan kehendak.
8.      Antropologi Kefilsafatan, mengemukakan pertanyaan-pertanyaan tentang manusia.
9.      Sosiologi Kefilsafatan, mengemukakan pertanyaan-pertanyaan mengenai hakikat masyarakat serta hakikat negarai.
10.  Etika adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang baik dan buruk.
11.  Estetika, adalah cabang filsafat yang membicarakan definisi, susunan, dan peranan keindahan, khususnya di dalam seni.
12.  Filsafat agama, adalah cabang filsafat yang membicarakan jenis-jenis pertanyaan berbeda tentang agama.
Pembagian filsafat secara sistematis yang didasarkan pada sistematika yang berlaku di dalam kurikulum akademik meliputi metafisika, epistimologi, logika, etika, dan estetika.

Pertama, metafisika. Metafisika merupakan cabang filsafat yang membicarakan tentang hal-hal yang sangat mendasar (elementer) yang berada di luar pengalaman manusia (immediate experience). Ditinjau dari segi filsafat secara menyeluruh, metafisika membicarakan hakikat dari segala sesuatu dari alam nyata tanpa dibatasi pada sesuatu yang dapat diserap oleh pancaindera.

Kedua, epistimologi. Epistimologi lazimnya disebut teori pengetahuan yang secara umum membicarakan mengenai sumber-sumber, karakteristik, dan kebenaran pengetahuan. Jadi, epistimologi adalah bagian filsafat yang membicarakan tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pnegetahuan, batas-batas, sifat, metode, dan kesahihan pengetahuan.

Ketiga, logika. Logika adalah bidang pengetahuan yang mempelajari segenap asas, aturan, dan tatacara penalaran yang betul. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa logika adalah ilmu pengetahuan dan kecakapan untuk berpikir lurus (tepat). Logika juga merupakan ilmu pengetahuan yang merupakan suatu kesatuan yang sistematis serta memberikan penjelasan yang dapat dipertanggungjawabkan.

Keempat, etika. Etika atau filsafat perilaku sebagai satu cabang filsafat yang membicarakan tindakan manusia, dengan penekanan yang baik dan yang buruk. Mempelajari etika bertujuan untuk mendapatkan konsep yang sama mengenai penilaian baik dan buruk bagi semua manusia dalam ruang dan waktu tertentu.

Kelima, estetika. Estetika adalah cabang filsafat yang membicaraklan tentang keindahan. Dengan belajar estetika diharapkan dapat membedakan antara berbagai terori keindahan, pengertian seni, penggolongan seni, nilai seni, aliran dalam seni, dan teori penciptaan dalam seni.

G.      Bidang Kajian Filsafat
Filsafat merupakan telaahan yang ingin menjawab berbagai persoalan secara mendalam tentang hakikat sesuatu, atau dengan kata lain, filsafat adalah usaha untuk mengetahui sesuatu. Menurut Muzayyin Arifin (2003: 16), ruang lingkup kajian filsafat meliputi bidang-bidang sebagai berikut :
1.    Kosmologi, yaitu sesuatu pemikiran dalam permasalahan yang berhubungan dengan alam semesta, ruang dan waktu, kenyataan hidup manusa sebagai ciptaan Tuhan, serta proses kejadian dan perkembangan hidup manusia di alam nyata, dan sebagainya.
2.    Ontologi, yaitu suatu pemikiran tentang asal-usul kejadian alam semesta, dari mana dan ke arah mana proses kejadiannya.
3.    Phyilosophy of mind, yaitu pemikiran filosofis tentang jiwa dan bagaimana hubungannya dengan jasmani serta bagaimana tentang kebiasaan berkehendak manusia, dan sebagainya.
4.    Efistimologi, yaitu pemikira  tentang apa dan bagaimana sumber pengetahuan manusia diperoleh, apakah dari akal pikiran (aliran rasionalisme), dari pengalaman panca indera (aliran empirisme), dar ide-ide (aliran idealism), atau dari Tuhan (aliran teologisme), termasuk juga pemikiran tentang validitas pengetahuan manusia, artinya sampai di mana kebenaran pengetahuan kita.         
5.    Aksiologi, yaitu suatu pemikiran tentang masalah-masalah nilai, termasuk nilai-nilai tinggi dari Tuhan. Misalnya nilai moral, nilai agama, dan nilai keindahan (estetika). Aksiologi ini mengandung pengertian lebih luas daripada etika atau higher values of life (nilai-nilai kehidupan yang bertaraf tinggi).
Dalam beberapa literature, diantaranya menurut Jujun S.Suria sumantri (2003: 33) dan Anna Pudjiadi (198&: 15), secara garis besar, filsafat memiliki tiga bidang kajian utama, yaitu ontology, epistimologi, dan aksiologi. Pertama,ontology berasal dari bahasa Yunani, “ontos” yang berarti “yang ada” dan “logos” yang berarti “penyelidikan tentang”. Jadi ontologi membicarakan asas-asas rasional dari “yang ada”, berusaha untuk mengetahui “penyelidikan tentang” esensi yang terdalam dari “yang ada”.
Kedua, epistimologi. Istilah epistimologi ini pertama kali muncul dan digunakan oleh J.F.Ferrier pada tahun 1854 M. Epistimologi ini terbagi atas beberapa aliran, yaitu empirisme, rasionalisme, dan intuisionisme.
Ketiga, aksiologi. Nama lain dari bidang kajian aksiologi ini disebut dengan teori nilai. Teori nilai membahas mengenai kegunaan atau manfaat pengetahuan. Aksiologi ini dipergunakan untuk memberikan jawaban atas pertanyaan “mengapa”. Semuanya menunjukkan bahwa aksiologi ini diperuntukkan dalam kaitannya untuk mengkaji tentang kegunaan, alasan, dan manfaat ilmu itu sendiri.

Menurut Nursid Sumaatmadja (2002: 43) dari sudut pandang metodologis-filosofis, pendidikan sebagai suatu sosok kajian juga ditelaah dari tiga bidang kajian tersebut, yaitu ontology yang berkenaan dengan “apa yang ingin diketahui?”, epistimologi yang berkenaan dengan “bagaimana cara memperoleh pengetahuan tentang kegiatan dan proses pendidikan?”, serta dari aspek aksiologisnya berkenaan dengan “nilai-nilai apa yang dapat diungkapkan dari proses pendidikan tersebut?”.

H.      Sejarah Lahirnya Filsafat
Asal muasal lahirnya filsafat adalah dalam upaya mencari kebenaran, menyelidiki hakikat yang sebenarnya mengenai segala sesuatu secara sungguh-sungguh. Sama halnya dengan filsafat, bahwa ilmu itu mengejar kebenaran, artinya ilmu pengetahuan berusaha untuk mencapai persesuaian antara pengetahuan dan objeknya
Sejarah filsafat adalah uraian suatu peristiwa yang berkaitan dengan hasil pemikiran filsafat. Di dalamnya memuat berbagai pemikiran kefilsafatan yang beraneka ragan, mulai dari zaman pra-Yunani atau sering disebut dengan zaman kuno hingga zaman modern.

Tujuan mempelajari sejarah islam untuk mengetahui pemikiran para filsafat para ahli pikir tentang berbagai ragam dari pemikiran dahulu sampai sekarang. Berbeda dengan ilmu, filsafat berusaha mencari kebijaksanaan, menyelidiki hakikat yang sebenarnya. Sedangkan ilmu sendiri membatasi diri, berhenti pada dan berdasarkan atas pengalaman. Jadi bisa kita dapatkan bahwa yang menjadi objek filsafat adalah segala sesuatu yang ada dan mungkin ada.

Pada prinsipnya filsafat dapat menjawab semua persoalan, dan kalau belum ditemukan akan diusahakannya. Usaha yang dilakukan oleh filsafat selalu dengan pikiran belaka, karena itu masuk juga agama dalam lingkungan filsafat. Peran agama disini memberikan pengetahuan yang lebih tinggi daripada filsafat, agama memberikan pengetahuan yang tak tercapai oleh budi manusia. Filsafat dan agama tidak saling bertentangan karena keduanya memang mempunyai kebenaran, dan kebenaran itu hanya satu.

Pada abad ke-6 SM bermunculan para pemikir yang kepercayaannya bersifat rasional. Para ahli pikir yunani kuno seperti Thales, Anaximandros, Anaximenes, dan Phytagoras mencoba membuat konsep tentang asal mula alam semesta, corak pikirannya disebut kosmosimentris. Dalam sejarah mereka disebut filosof alam dan filsafatnya dinamakan filsafat alam.

Pada abad ke-6 masehi sudah bermunculan sekolah-sekolah yang membri pelajaran gramatika, dealektika, geometri, aritmatika, astronomi, dan musik. Pada abad ke-13 ditandai dengan berdirinya universitas-universitas, pada universitas inilah mereka mengabdikan dirinya untuk kemajuan ilmu dan agama seperti halnya yang dilakukan oleh Thomas Aquinas (1225-1274).

Pada abad pertengahan ini pemikir Islam seperti Al-Kindi, Al-Farabi, Ibn Sina, Al-Ghazali, dll. Periode ini berlangsung tahun 850-1200 dimana kerajaan Islam berlangsung dan ilmu pengetahuan berkembang pesat sampai runtuhnya kerajaan Islam di Granada Spanyol pada tahun 1492.

Pada masa abad modern diawali dengan munculnya renaissance dan humanisme. Pada abad ini pemikir filsafat berhasil menempatkan manusia pada tempat yang sentral dalam pandangan kehidupan, sehingga corak pemikirannya disebut antroposentris yaitu corak pemikiran filsafat yang mendasarkan pada akal pikir dan pengalaman.
Filsafat pada abad ke-20 atau sekarang ini yang disebut juga filsafat kontemporer. Ciri dari filsafat ini adalah desentralisasi manusia, karena pemikiran filsafat abad ini memberi perhatian yang khusus kepada bidang bahasa dan etika sosial. Dalam bidang bahasa terdapat pokok-pokok masalah, yaitu arti kata-kata dan arti pertanyaan-pertanyaan. Masalah ini muncul karena sekarang ini bermunculan istilah yang cara pemakaiannya sering tidak dipikirkan secara mendalam, sehingga menimbulkan tafsiran yang berbeda-beda. Dan timbullah filsafat analitika yang membahas tentang cara berpikir untuk mengatur pemakaian kata atau istilah yang menimbulkan kerancuan, sekaligus dapat menunjukkan bahaya didalamnya. Bahasa sebagai objek yang terpenting dalam pemikiran filsafat, para ahli menyebutnya sebagai logosentris. Bidang etika sosial memuat pokok-pokok masalah apa yang harus kita lakukan didalam masyarakat sekarang ini. Pada abad ini timbul aliran-aliran kefilsafatan seperti noe-helenisme, neo-positivme, kritik ilmu, dan irasionalisme. Sementara itu akhir abad ke-20 muncul aliran kefilsafatan yang dapat memberikan corak pemikiran dewasa ini seperti analitik, filsafat eksistensi, strukturalisme, dan kritik sosial.

I.         Aliran atau Mazhab dalam Filsafat
Pada dasarnya terdapat dua cara yang pokok bagi manusia untuk mendapatkan pengetahuan yang benar yaitu, pertama mendasarkan diri pada rasio dan yang kedua mendasarkan diri pada pengalaman. Kaum yang mendasarkan kekuatan rasio atau lebih dikenal dengan kaum rasionalis, mengembangkan paham apa yang kita kenal dengan rasionalisme dan yang berdasarkan pengalaman mengembangkan paham disebut  dengan empirisme.
Selain itu juga terdapat dualism pemikiran tentang materi dan akal (mind), pendapat yang pertama dikenal dengan materialism sedangkan yang kedua disebut idealism. Dari pemikiran tersebut serta beberapa pemikiran lainnya kemudian berkembang menjadi beberapa aliran atau mazhab di dalam filsafat. Aliran-aliran filsafat yang berpengaruh diantaranya :
1.    Rasionalisme
Aliran ini sangat mementingkan rasio dalam menyelesaikan atau memutuskan masalah. Totkoh-tokoh yang terkenal dalam aliran ini pada abad modern antara lain Rene Descartes (1595-1650), Chiritian Wolf (1697-1754), Blaise Pascal (1623-1662), dll. Descartes berpendapat bahwa agar filsafat dan ilmu pengetahuan dapat diperbaharui kita perlu metode yang baik yaitu dengan menyangsikan segalanya atau keraguan. Menurutnya, suatu kebenaran yang tidak dapat disangkal adalah cogito ergo sum yang artinya “saya yang menyangsingkan, ada”. Untuk mendapatkan hasil yang sahih Descartes mengemukakkan empat hal berikut ini :
a.       Tidak menerima suatu pun sebagai kebenaran, kecuali bila saya melihat hal itu sungguh jelas dan tegas, sehingga tidak ada keraguan apa pun yang mampu merobohkan.
b.      Pecahkan suatu kesulitan atau masalah itu sehingga tidak ada keraguan apa pun yang mampu merobohkannya.
c.       Bimbinglah pikiran dengan teratur dengan memulai dari hal yang sederhana dan mudah diketahui, kemudian secara bertahap sampai pada yang paling sulit dan kompleks.
d.      Dalam proses pencarian dan pemeriksaan hal sulit selamanya harus dibuat perhitungan yang sempurna serta pertimbangan yang menyeluruh, sehingga kita yakin bahwa tidak ada satu pun yang mengabaikan atau ketinggalan dalam penjelajahan itu.

2.    Empirisme
Empirisme memberikan tekanan pada empiris atau pengalaman sebagai sumber pengetahuan. Istilah empiris berasal dari kata Yunani, empiria yang berarti pengalaman inderawi. Tokoh dalam aliran ini adalah Thomas Hobbes (1588-1679) yang lahir di Inggris, Hobbes beranggapan bahwa pengalaman merupakan permulaan dari segala pengenalan. Pengenalan intelektual tidak lain dari pada semacam perhitungan, yakni penggabungan data-data inderawi yang sama dengan cara yang berlainan. Menurut Hobbes seluruh dunia termasuk manusia merupakan suatu proses yang berlangsung dengan tiada henti-hentinya aatas dasar hukum.
Tokoh lain yaitu John Locke (1632-1704) dengan teorinya “tabularasa” mengemukakkan bahwa rasio manusia harus dipandang sebagai “lembaran kertas putih”

3.    Kritisisme
Tokohnya yaitu Imanuel Kant (1724-1804) mengadakan penelitian yang kritis terhadap rasio murni dan memugar sifat objektivitas dunia ilmu pengetahuan dengan menghindarkan diri dari sepihak rasionalisme. Menurut aliran ini baik rasionalisme dan empirisme keduanya berat sebelah, pengalaman manusia merupakan paduan antara sintesa unsur-unsur apriori dengan unsur-unsur aposteriori. Ciri-ciri kritisme dapat disimpulkan dalam tiga hal :
a.     Menganggap objek pengenalan itu berpusat pada subjek dan bukan pada objek.
b.    Menegaskan keterbatasan kemampuan rasio manusia untuk mengetahui realitas atau hakikat sesuatu, rasio hanyalah mempu menjangkau segalanya atau fenomenanya saja.
c.     Menjelaskan bahwa manusia atau sesuatu itu diperoleh atas perpaduan antara unsur anaximenes priori yang berasal dari rasio berupa ruang dan waktu dan peranan aposteriori yan berasal dari pengalaman yang berupa materi.

4.    Materialisme
Aliran ini mengatakan bahwa materi itu ada sebelum jiwa dan dunia materi adalah yang pertama, sedangkan pemikiran tentang dunia ini adalah nomor dua. Materialisme modern mengatakan bahwa alam merupakan kesatuan material yang tak terbatas. Alam termasuk didalamnya segala materi dan energi selalu ada dan tetap ada, dan alam itu adalah realitas yang keras, material, objektif yang dapat diketahui oleh manusia. Terdapat dua bentuk aliran materialis :
a.     Materialisme mekanik mengatakan bahwa semua bentuk dapat dieterangkan menurut hukum yang mengatur materi dan gerak. Semua kejadian dan kondisi adalah akibat yang lazim dari atau bentuk-bentuk yang lebih tinggi atau kompleks.
b.    Materialisme dialektik dengan tokoh Karl Marx (1818-1883) menilai bahwa dunia misterius itu konstan, baik dalam gerak, perkembangan maupun regenerasinya, materi adalah yang primer sedangkan ide adalah sekunder.

5.    Idealisme
Aliran ini menekankan pada akal sebagai hal yang lebih dulu daripada materi, idealisme mengatakan bahwa realitas terdiri dari ide-ide, pikiran, akal atau jiwa dan bukan benda material dan kekuatan. Aliran idealisme dapat dibagi dalam beberapa kelompok diantaranya :
a.     Aliran idealisme subjektif-immaterialisme
Menurut aliran ini akal, jiwa, dan persepsi-persepsinya atau ide-ide merupakan segala yang ada, tetapi hanya ada dalam akal yang mempersepsikannya.
b.    Aliran idealisme objektif
Menurut aliran ini pikiran adalah esensi dari alam, dan alam adalah keseluruhan jiwa yang diobjektifitaskan. Tokohnya Plato (427-347 SM) yang membagi dunia dalam dua bagian, yaitu dunia persepsi dan alam di atas alam benda; yaitu alam konsep, ide, universal atau esensi yang abadi.

6.    Positivisme
Menurut positivisme pengetahuan kita tidak pernah boleh melebihii fakta-fakta. Perbedaan positivisme dengan empirisme adalah bahwa positivisme tidak menerima sumber pengetahuan melalui pengalaman batiniah, tetapi hanya mengandalkan fakta-fakta belaka.

7.    Pragmatisme
Adalah aliran yang mengajarkan bahwa yang benar adalah apa yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan perantaraan akibat-akibatnya yang bermanfaat secara praktis. Tokoh utama aliran ini adala William James dan John Dewey di AS. Di Inggris ada FC. Schiller, Charles S. Pierce, dan George Herbert Mead. Ada tiga patokan yang disetujui oleh aliran pragmatisme ini yaitu,
a.     Menolak segala intelektualisme
b.    Absolutisme
c.     Meremehkan logika formal.

8.    Sekularisme
Adalah sistem etika plus filsafat yang bertujuan memberi interpretasi atau pengertian terhadap kehidupan manusia tanpa percaya kepada Tuhan, kitab suci, dan hari kemudian. Tetapi menurut Ensyclopedia Americana lebih menonjolkan sekularisme sebagai suatu sistem etika yang didasarkan atas prinsip-prinsip moralitas alamiah dan bebas dari agama wahtu dan spiritual.
Tokoh pendiri sekularisme adalah Jacob Holyoake yang menrupakan bentuk peniadaan peran warna kristiani pada seluruh kehidupan barat, baik politik, ekonomi, sosial, maupun budaya pada umumnya.

9.    Filsafat Islam
Menurut Sirajuddin Zar (2004: 15) filsafat islam adalah perkembangan pemikiran umat islam dalam masalah ketuhanan, kenabian, manusia, dan alam semesta yang disinari ajaran islam. Menurut Zar filsafat islam cakupannya sangat luas.
Filsafat islam dapat diartikan sebagai filsafat yang dikembangkan oleh orang-orang islam, yang mengkaji masalah hakikat yang ada dari mana asalnya dan dari mana asalnya, kemana akhirnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar